KELOMPOK VII
1. SAPERIAH
2. MADIRAH SRI ANDINI
1. PENGERTIAN
IDEOLOGI
Ideologi berasal dari bahasa
Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah
sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis. Raymond Wiliam mengklasifikasikan penggunaan ideologi dalam tiga
ranah. Pertama, sebuah system kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau
kelas tertentu. Definisi ini terutama dipakai oleh kalangan psikologi. Kedua,
sebuah system kepercayaan yang dibuat—ide palsu atau kesadaran palsu—yang bisa
dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ketiga, proses umum produksi makna dan
ide. Ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
produksi makna.
2. FUNGSI
IDEOLOGI
Soerjanto
Poespowardojo mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan menjadi landasan untuk memahami dan menafsirkan kejadian dalam
keadaan alam sekitarnya.
2. Membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan
dalam kehidupan masyarakat.
3. Memberikan norma-norma
yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
4.
Memberikan bekal
dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
5.
Memberikan kemampuan
yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuan.
6.
Memberikan pendidikan
bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta mempolakan
tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di
dalamnya.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah
sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi jika dicermati sesungguhnya
terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni ideologi adalah
prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Ideologi berfungsi mendasari
kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan bekal serta
jalan bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara.
3. JENIS IDEOLOGI
Ada beberapa jenis ideologi yang terdapat di dunia saat ini,
yaitu sebagai berikut.
1. Liberalisme
1. Liberalisme
Ideologi ini mengajarkan kebebasan yang mutlak bagi setiap
individu. Kebebasan ini didasarkan keyakinan bahwa semua manusia pada dasarnya
adalah baik. Schapiro menjelaskan serangkaian prinsip dari Liberalisme yaitu:
(1) keyakinan mengenai pentingnya kemerdekaan untuk mencapai setiap tujuan yang
diharapkan; (2) semua manusia memiliki hak-hak yang sama di depan hukum yang
dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil; (3) tujuan utama dari setiap pemerintahan
adalah mempertahankan kebebasan, persamaan, dan keaman dari semua warga negara;
(4) adanya kebebasan berpikir dan berekspresi; (5) liberalisme yakin akan
adanya kebenaran yang objektif, bisa ditemukan melalui kegiatan berpikir
menurut metode riset, eksperimen, dan verifikasi; (6) agama merupakan hal yang
harus ditoleransi; (7) liberalisme berpandangan dinamis mengenai dunia, dan;
(8) kaum liberal adalah mereka yang idealis (hendak mencapai tujuan) melalui
praktik-praktik yang dipertimbangkan.
2. Konservatisme
2. Konservatisme
Ideologi ini mengajarkan tentang manusia yang harus
memelihara kondisi yang sudah ada serta menciptakan keadilan.
3.
Komunisme
Ideologi ini mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama dan
tidak ada hak pribadi karena semua faktor ekonomi dan produksi dikuasai negara.
4.
Marxisme
Ideologi ini mengajarkan dasar-dasar komunisme.
5.
Feminisme
Ideologi ini mengajarkan untuk menciptakan persamaan hak
antara pria dan wanita dengan cara pemerataan dan kesetaraan gender.
6.
Sosialisme
Ideologi ini mengajarkan bahwa manusia harus saling membantu
karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
7.
Fasisme
Ideologi ini mengajarkan bahwa peran negara adalah mutlak
karena negara diyakini sangat diperlukan dalam upaya menciptakan tatanan
kehidupan dalam masyarakat.
8. Kapitalisme
8. Kapitalisme
Ideologi ini mengajarkan bahwa individu berhak untuk
mendapatkan hak dalam bidang perekonomian. Negara tidak boleh terlibat dalam
semua aktivitas perekonomian yang dilakukan individu.
Kapitalisme terdiri atas 3 varian, yaitu Kapitalisme
Pedagang, Kapitalisme Produksi, dan Kapitalisme Finansial.
(a)
Kapitalisme
Pedagang (Merchant Capitalism)
termasuk jenis kapitalisme yang paling tua. Kapitalis (pelaku permodalan)
menginvestasikan hartanya untuk mencari barang yang langka dan memiliki
keuntungan jika diperdagangkan. Investasi tidak harus berupa uang, melainkan
dapat termasuk kendaraan, barang kebutuhan primer, barang berharga, dan
sejenisnya. Kapitalisme Pedagang menuntut pembukaan pasar yang nantinya akan
dilakukan monopoli atasnya.
(b)
Kapitalisme
Produksi (Production Capitalism)
dilakukan oleh Kapitalis yang memiliki alat dan cara produksi. Bentuk yang
paling dikenal adalah “pabrik.” Pabrik digunakan untuk memproduksi barang
tertentu, untuk kemudian dipasarkan. Untuk memproduksi barang, pemilik pabrik
membutuhkan pekerja (labor). Labor ini sekaligus juga konsumen dari barang yang
mereka produksi. Barang yang dihasilkan ditukar dengan uang di pasar (market).
Keuntungan dari penjualan digunakan Kapitalis untuk diinvestasikan ke dalam
pabriknya, ataupun pada kegiatan lain. Uang, cara produksi, alat produksi, pasar,
profit, dan uang, adalah konsep-konsep kunci untuk menganalisis Kapitalisme
Produksi ini.
(c)
Kapitalisme Keuangan (Financial Capitalism) merupakan bentuk terbaru dari Kapitalisme.
Dalam Kapitalisme Keuangan, modal diinvestasikan bukan ke dalam bentuk barang,
tenaga kerja, atau pabrik. Uang diinvestasikan ke dalam sellisih uang.
Komoditas produksi Kapitalisme Keuangan adalah saham dan nilai tukar uang
(valuta). Pasar dalam kegiatan Kapitalisme Keuangan adalah “bursa efek.”
Kapitalisme Keuangan inilah yang kerap menciptakan devaluasi (penurunan) nilai
mata uang dunia.
9.
Demokrasi
Ideologi ini mnegajarkan bahwa kedaulatan sepenuhnya ada di
tangan rakyat.
10. Neoliberalisme
10. Neoliberalisme
Ideologi ini mengajarkan untuk menciptakan kembali kebebasan
individu yang dikatikan dengan terjadinya pasar bebas di dunia internasional.
Ideologi terbagi menjadi dua, yaitu ideologi terbuka dan
ideologi tertutup.
Ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup adalah :
Ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup adalah :
Ideologi
Terbuka
1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.
2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam
masyarakat sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformis.
5.
Ciri khas ideologi terbuka adalah cita-cita dasar yang ingin diwujudkan
masyarakat bukan berasal dar luar masyarakat atau dipaksakan
dari elit
penguasa tertentu.
6. Terbuka kepada perubahan-perubahan yang datang dari luar,
tetapi memiliki
kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah
nilai-nilai dari luar yang
mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai dasar yang selama ini
sudah ada dan
manakah yang tidak boleh berubah.
Ideologi
Tertutup
1.
Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.
2.
Bukan berupa nilai dan cita-cita.
3.
Kepercayaan dan kesetiaan ideologis yang kaku.
4.
Terdiri atas tuntutan konkret dan operasional yang diajukan secara
mutlak.
4. KETERKAITAN
IDEOLOGI DAN ANALISIS WACANA KRITIS (AWK)
Ideologi juga konsep yang
sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks,
percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan
dari ideologi tertentu. Salah satu strategi utamanya dengan membuat kesadaran
kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang
sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi yang
mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka
miliki, sehingga tampak absah dan benar.
Ideologi, meskipun bersifat sosial, digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menggunakan fungsi kordinatif dan kohesi, tetapi juga membentuk identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain. Ideologi ini bersifat umum, abstrak, dan nilai yang terbagi antara anggota kelompok menyediakan dasar bagaimana masalah harus dilihat. Dengan pandangan semacam ini, wacana lalu tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks bagaimana ideologi dari kelompok yang ada tersebut berperan dalam memebentuk dalam wacana. Misalnya, dalam teks berita dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis, dan sebagainya.
Ideologi, meskipun bersifat sosial, digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menggunakan fungsi kordinatif dan kohesi, tetapi juga membentuk identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain. Ideologi ini bersifat umum, abstrak, dan nilai yang terbagi antara anggota kelompok menyediakan dasar bagaimana masalah harus dilihat. Dengan pandangan semacam ini, wacana lalu tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks bagaimana ideologi dari kelompok yang ada tersebut berperan dalam memebentuk dalam wacana. Misalnya, dalam teks berita dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis, dan sebagainya.
5. PEMBACAAN
TEKS
Dalam
konsepsi Marx, ideologi adalah sebentuk kesadaran palsu. Kesadaran seseorang,
siapa mereka, dan bagaimana mereka menghubungkan dirinya dengan masyarakat
dibentuk dan diprodulsi oleh masyarakat, tidak oleh biologi yang alamiah.
Menurut Hall, ada 3 bentuk pembacaan/hubungan antara penulis dan pembaca dan
bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya. Pertama, posisi pembacaan
dominan (posisi ini terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang bisa
diterima umum. Kedua, pembacaan yang dinegoisasikan (posisi ini tidak ada
pembacaan dominan. Ketiga, pembacaan aposisi (merupakan kebalikan dari posisi
pertama).
6. INTERPELASI
Konsep
interpelasi adalah konep yang penting dalam komunikasi. Menurut John Fiske,
pada dasarnya menyapa seseorang, dan dalam penyapaan atau penyebutan itu selalu
terkandung usaha menempatkan seseorang dalam posisi dan hubungan sosial
tertentu. Interpelasi ini bukan hanya pada pembicaraan interpersonal, tetapi
juga terjadi dalam isi media. Media juga berisi tentang interpelasi, kita
mengadopsi posisi sosial tertentu atau hubungan sosial tertentu di mana posisi
seseorang ditentukan.
7. HEGEMONI
Konsep
hegemoni dipopulerkan oleh Antonio Gramsci, ahli filsafat politik terkemuka
Italia. Dia berpendapat bahwa kekuatan dan dominasi kapitalis tidak hanya
melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga
kekuatan (force) dan hegemoni. Hegemoni
menekankan pada bentuk ekspresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan
untuk mempertahankan, dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya,
sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka.
Daftar Pustaka
Eriyanto. 2001. Analisis
Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKIS Printing
Cemerlang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi.
Diakses pada 19 April
2013.
http://www.docstoc.com/docs/54852430/Fungsi-ideology-adalah-sbg-berikut.
Diakses pada 19 April 2013.
http://ekawenats.blogspot.com/2006/04/wacana/media/massa-pertarungan.html. diakses pada 19 April 2013.
http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/18/critical-discourse-analysis-cda/.
Diakses pada 19 April 2013.
Bagi teman-teman yang ingin bertanya kami batasi sampai selasa malam pukul 21.00 WITA saja ya... atau kata orang Banjar sampai jam 9 malam rabu. Bagi yang ingin memberikan tanggapan atau masukan boleh lewat dari jam tersebut.
BalasHapusTrims.
Abdul Gani
BalasHapusA1B108256
Setelah saya membaca tentang ideologi, menurut saya ideologi adalah pola pikir kita/cara berpikir kita mengenai suatu hal, yang ingin saya tanyakan disini adalah apa hubungan antara ideologi dengan pembacaan teks, interpelasi, dan hegemoni? Trims.
Kembali Trims.
HapusKeterkaitan ideologi, pembacaan teks, interpelasi, dan hegemoni
Ideologi adalah pedoman normatif yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Ideologi merupakan seperangkat gagasan dasar tentang kehidupan dan masyarakat, misalnya pendapat yang bersifat agama ataupun politik. Ideologi merupakan topik penting dalam Analisis Wacana Kritis (AWK) karena ideologi selalu mewarnai produksi wacana.
Pembacaan teks/hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya dalam suatu wacana yang mengandung suatu ideologi dimaksudkan menempatkan pembaca pada posisi borjuis (golongan masyarakat menengah ke atas), golongan yang memiliki kekuasaan, yang menerima hubungan sosial sebagai natural dan pantas. Artinya, teks wacana menempatkan pembaca mengikuti ideologi dominan yang terdapat dalam teks wacana tersebut.
Ideologi, selain membutuhkan subjek, ia juga menciptakan subjek. Usaha inilah yang dinamakan interpelasi. Dalam interpelasi ini, individu konkret direkrut menjadi subjek ideologi. Dalam kaitannya dengan suatu wacana (media/teks berita), interpelasi mengadopsi posisi sosial tertentu di mana posisi sosial seseorang ditentukan. Bahkan teks media, menurut Tolson, selalu menyapa seseorang dan menempatkan seseorang ketika membaca atau melihat suatu wacana. Pesan media biasanya ditujukan untuk berkomonikasi dengan khalayak. Interpelasi ini menunjukkan posisi ideologi yang kita ambil ketika membaca suatu wacana.
Media massa (wacana) menanamkan ideologi. Melalui ideologi, gagasan mereka yang berkuasa mereproduksi kepentingan masyarakat dominan yang menaturalisasi, mengidealkan dan mengabsahkan stuktur masyarakat yang ada serta lembaga-lembaga dan nilai-nilainya. Karena adanya ideologi, secara otomatis pembaca atau pendengar wacana itu pun terhegemoni atau terpengaruh.
Hayatul Mursyida
BalasHapusA1B110212
Coba tolong kelompok jekaskan maksud dari pengertian Neoliberalisme. Trms :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusNeoliberalisme merupakan pecahan ideologi Liberalisme yang mendekati kapitalisme. Neoliberalisme adalah cara pandang kebijakan yang menekankan pada kebutuhan untuk adanya kompetisi pasar yang bebas (free market competition).
BalasHapusNeoliberalisme adalah paham ekonomi yang mengutamakan sistem Kapitalis Perdagangan Bebas, Ekspansi Pasar, Privatisasi/Penjualan BUMN, Deregulasi/Penghilangan campur tangan pemerintah, dan pengurangan peran negara dalam layanan sosial (Public Service), seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Neoliberalisme dikembangkan tahun 1980 oleh IMF, Bank Dunia, dan Pemerintah AS (Washington Consensus). Bertujuan untuk menjadikan negara berkembang sebagai sapi perahan AS dan sekutunya/MNC.
Beberapa prinsip Neoliberalisme adalah:
• keyakinan bahwa perkembangan ekonomi yang berkelanjutan adalah penting untuk mencapai kemajuan umat manusia,
• kepercayaan diri bahwa pasar bebas adalah tempat alokasi sumber daya yang paling efektif;
• penekanannya pada peran minimal intervensi negara dalam hubungan sosial dan ekonomi, dan
• komitmennya pada kemerdekaan perdagangan dan permodalan.
• Neoliberalisme kerap dikaitkan dengan globalisasi, yang mengindikasi penguatan dalam arus modal dan perdagangan dunia. Ini mengakibatkan beralihkan perimbangan kekuasaan dari negara kepada pasar. Pemerintah pada titik ini memiliki sedikit pilihan, dan memutuskan untuk mengadopsi kebijakan Neoliberal dalam rangka mencapai daya saing ekonomi.
Neoliberalisme memberi kepercayaan yang demikian besar kepada perusahan-perusahan untuk berinvestasi dan “memperluas” usaha. Dampak dari kebijakan Neoliberal adalah negara yang tidak memiliki daya saing ekonomi akan tunduk pada pemodal dari negara lain. Kondisi ini kemudian menciptakan ketergantungan dan kemiskinan di negara tanpa daya saing tersebut.
Di Indonesia, pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal secara masif berlangsung setelah perekonomian Indonesia dilanda krisis moneter pada 1997/1998 lalu, yaitu saat masih pemerintahan Presiden Soeharto.